Artikel kali ini, masrafli.com akan membahas mengenai solidaritas mekanis dan solidaritas organis, atau lebih tepatnya apa perbedaan diantara keduanya. Mari simak penjelasannya sebagai berikut.
Menurut
Emile Durkheim, permasalahan mendasar yang dihadapi oleh anggota masyarakat
adalah cara membentuk keteraturan sosial. Keteraturan sosial dapat meningkatkan
intergrasi dan solidaritas. Intergrasi adalah kemampuan beradaptasi dan
berkontribusi antara kelompok satu dan kelompok yang lain. Sementara
itu, solidaritas sosial dibedakan menjadi dua bentuk sebagai berikut.
Solidaritas Mekanis
mudah
ditemukan dalam kehidupan masyarakat yang masih terbelakang dengan adanya
persamaan ikatan nilai dan norma sosial dalam sistem pembagian kerja. Ciri-ciri
terbentuknya solidaritas mekanis dalam lingkungan masyarakat sebagai berikut.
- Terbentuknya berdasarkan kesamaan norma kelompok
- Terdapat hubungan ketergantungan antara individu satu dan individu yang lain
- Belum terdapat sistem pembagian kerja
- Solidaritas terbentuk atas dasar kesetiakawanan dan kepercayaan
Solidaritas
mekanis sering kita temui dalam pola kehidupan masyarakat pedesaan. Masyarakat
pedesaan bersifat homogen sehingga lebih mudah mengembangkan sikap toleransi
dan rasa saling menghargai.
Solidaritas Organis
terbentuk
karena adanya sistem pembagian kerja. Solidaritas organis sering ditemukan dalam
kehidupan masyarakat perkotaan. Ciri-ciri solidaritas organis sebagai berikut.
- Terbentuknya berdasarkan perbedaan norma sosial
- Telah menerapkan sistem pembagian kerja
- Tidak membentuk hubungan saling ketergantungan
- Telah menerapkan hukum formal untuk menjaga solidaritas sosial
Pola
kehidupan solidaritas organis sering ditemui di daerah perkotaan. Masyarakat
perkotaan memiliki sifat heterogen sehingga mempunyai nilai dan norma
sosial yang lebih beragam. Industrialisasi yang berkembang di daerah perkotaan
mendoorng terbentuknya sistem pembagian kerja.
Sistem pembagian kerja tersebut
didasarkan pada keahlian dan ketermpilan sehingga tidak ada hubungan saling
ketergantungan. Masyarakat perkotaan juga menerapkan hukum formal/tertulis
sebagai landasan pengendalian sosial.